Mengenal Sosok Pejalan Kaki Pulau Jawa-Sumatera dan Pendaki Gunung Tertinggi di Indonesia

Raden Nengah (R.Ng) Bayu Purnomo Aji saat berjalan kaki do Trotoar Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Rabu (19/4/2023)

YOGYAKARTA – Berkeliling pulau Jawa dan Sumatra dengan jalan kaki, tidak semua orang mampu melakukanya. Tapi bagi Bayu Purnomo Aji sudah biasa. Bahkan tiap-tiap langkah kakinya berdimensi spiritual.

Kali ini, awak media cakra.or.id (Yogyakarta) dipertemukan dengan sosok pria asal Desa Sumberejo,  Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur ini, di seputaran Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Rabu (19/4/2023) sekira pukul 12.07 WIB.

Namanya Raden Nengah (R.Ng) Bayu Purnomo Aji. Langkah kakinya harus tak hentikan di tengah terik matahari karena sekilas ada kesan mistis dengan barang bawaannya, yakni dua tongkat kayu berkepala ular.

Setelah tak ajak duduk, akhirnya mau wawancara dengan cakra.or.id. Pria kelahiran Jombang 1 Januari 1980 ini kemudian menunjukan uang bekal miliknya, yakni pecahan logam ‘seratus rupiah’ yang berasal dari ibunya, sementara ‘seratus rupiah’ jenis kertas bekal dari bapaknya.

Bekal ‘dua ratus rupiah’ yang masih utuh saja, sekilas sudah kontra dengan logika, padahal sudah berbulan-bulan berada di Jogja.

“Saya tiap hari jalan kaki ratusan kilometer, mulai dari makam raja di Kotagede, makam raja-raja di Imogiri, Wotgaleh Sendangtirto, makam Syeh Maulana Maghribi, makam Syeh Belabelu dan pantai Parangkusumo”, tuturnya.

Selanjutnya, alumni Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali ini, juga mengunjungi makam Syeh Subakir, makam Sunan Geseng, makam Kyai Sepanjang dan makam mbah Semar, keempatnya berada di Tidar Magelang.

“Selama masih di Jogja, saya juga ke makam Ki Ageng Gribig, Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran, keduanya kan di Klaten”, tambahnya.
Menurutnya, laku jalan kaki di mulai sejak tahun 2004 hingga sekarang. Dan untuk bisa keliling Sumatra dibutuhkan waktu dua tahun.

Pria yang pernah naik haji tahun 2006 silam ini, juga seorang pendaki gunung. Kecintaan naik gunung, di mulai sejak berada di UKM MAPALA Universitas Udayana Bali.

“Untuk gunung, gunung Jayawijaya atau Gunung Carstensz yang dikenal sebagai gunung tertinggi di Indonesia ( 4.884 m dpl), yang puncaknya tertutup salju abadi pernah aku daki”, bebernya.

Apa rahasianya uang bekal ‘dua ratus rupiah’ tetap utuh padahal sudah keling Pulau Jawa dan Sumatra? Ia menuturkan kepada kami bahwa dari perjalanannya terkadang menemukan uang di jalan. Uang-uang yang terkumpul tersebut, bisa digunakan untuk makan dan minum.

“Alhamdulillah, selama menjadi musafir, dirinya sering dikasih uang oleh orang yang simpatik, sehingga bekalnya kian bertambah selama dalam perjalanan”, pungkasnya.

Selama melakukan laku jalan kaki, Raden Nengah (R.Ng) Bayu Purnomo Aji, mempunyai pakem dari leluhurnya, yakni jika sengaja mencari tumpangan kendaraan (mobil/motor) ke daerah tujuaan maka per lima kilometer harus dikenai ‘denda’ dengan berpuasa sehari.

Di era sekarang, menjadi musafir dengan jalan kaki sebenarnya sudah berat, dan kian bertambah berat jika jalan kakinya dilanggar sendiri. Karena Anda sendiri lain, maka kotak pandora spiritualitasnya tak mudah diketahui orang lain. (MM)

Iklan

error: